Sejarah Desa

Ada beberapa Pendapat tentang Asal Usul Nama Desa Ngawonggo, Pendapat yang pertama Berdasarkan petunjuk dan bukti yang ada di arah Selatan batas Desa Ngawonggo yaitu berupa “ Situs ” tiga buah patirtan atau Kolam Tempat Pemandian Suci yang diduga merupakan bagian dari sistem pengairan atau pengelolaan air bersih untuk Kahyangan Kaswangga. Sedangkan Kahyangan Kaswangga sendiri adalah sebuah komunitas keagamaan besar di zamannya. Kemungkinan berada di masa Mpu Sendok sekitar abad X semasa Airlangga, walaupun bangunan ini sesungguhnya berada di lintas masa,Namun Nama “ KASWANGGA “ inilah yang yang dikait-kaitkan dengan Nama Desa NGAWONGGO.

Selanjutnya Pendapat yang kedua bahwa desa Ngawonggo adalah sebuah tempat yang berada diatas awan yang dalam istilah jawa dikatakan “AWANG -AWANG” yang kemudian disebut sebut dengan nama NGAWONGGO dimana dulunya di situ adalah merupakan daerah yang berada di dataran tinggi di sekitar area lereng Gunung sehingga nampak gumpalan gumpalan awan yang terletak lebih rendah seperti diatas awan. Selanjutnya pendapat yang ketiga adalah Berdasarkan petunjuk dan bukti yang ada di desa Ngawonggo yang berupa sebuah Punden (Danyangan) atau Makam pendiri desa yang berada arah barat daya desa bahwa pendiri desa berasal dari daerah Ponorogo sekitar tahun 1476 M,beliau adalah seorang yang memiliki sebutan “Warok ponorogo “ bernama Mbah Suroyudo atau Mbah Jalaluddin yang mendapatkan tugas dari gurunya bernama Sunan Mbayat untuk menyebarkan agama islam pada suatu daerah dengan ditemani seekor anak harimau (Gogor) dengan petunjuk sebuah bintang jatuh (lintang kemukus ) yang kemudian baru pada tahun 1480 menemukan tempat yang dituju yaitu desa Ngawonggo yang mana tempat tersebut masih berupa hutan belantara yang masih belum diberi nama ,kemudian setelah beliau wafat perjuangan beliau diteruskan oleh murid-muridnya pada tahun 1550 antara lain mbah Irodipo makamnya berada di ujung barat desa , Mbah Gambreng makamnya di ujung selatan dan Mbah Maruk makamnya berbatasan dengan desa Ngembal sehingga pada tahun itulah tempat tersebut diberi nama dengan sebutan ”AWONGGO” yang kemudian seiring dengan berkembangnya zaman berubah menjadi Desa ”NGAWONGGO “Nama tersebut mengadopsi dari nama sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Adipati Suwangkarno yang diambil dari Cerita Seni Wayang Kulit yang termashur dikala itu.

Sejak pada masa Kolonial Belanda hingga pada saat sekarang Penguasa atau Kepala Desa Ngawonggo akrab dikenal dengan sebutan ”Lurah” atau ”petinggi”. Adapun kepala desa yang pernah menjabat secara resmi dan tercatat hingga sekarang secara berurutan adalah sebagai berikut :

  1. TENI
  2. KAMSIRAN
  3. IMAM SINGOREJO
  4. SINUL
  5. H.M. NOOR ;
  6. MOESLIM : tahun 1946-1986
  7. H. UMAR NASHIR : tahun 1988-2005
  8. KHOIRUL HUDA : tahun 2007-2017
  9. ARIF WINARTO : tahun 2018-Sekarang

Pada waktu mulai pemekaran Desa Ngawonggo hingga pada saat ini terbagi menjadi 4 ( empat) Dusun atau Rukun Warga dan memiliki 39 ( Tiga puluh sembilan ) Rukun Tetangga